Keterlibatan Anggota TNI dalam Pembunuhan Kepala Cabang BRI Masih Menyisakan Teka-teki
Polda Metro Jaya dan TNI belum membuka pelaku yang melibatkan anggota TNI dalam penculikan Kepala Cabang Pembantu BRI Cempaka Putih Mohamad Ilham Pradipta.
JAKARTA, KOMPAS — Kopda FH, prajurit TNI AD, diduga menerima sejumlah uang dalam kasus penculikan berujung pembunuhan Kepala Kantor Cabang Pembantu BRI Cempaka Putih Mohamad Ilham Pradipta. Namun, Polda Metro Jaya dan TNI AD belum membuka siapa pelaku yang membayar Kopda FH untuk kejahatan tersebut dan nominalnya.
Ilham diculik ketika berada di parkiran belakang salah satu swalayan di Jakarta Timur pada 20 Agustus siang. Penculikan terekam kamera pengawas (CCTV) dari arah swalayan.
Sehari berselang, warga Kampung Karangsambung, Desa Nagasari, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, terkejut dengan temuan mayat di sawah. Rupanya itu jasad Ilham dalam kondisi tangan dan kaki terikat, serta mata terlilit plakban.
Polda Metro Jaya kemudian menetapkan 15 tersangka penculikan yang berakhir dengan pembunuhan lelaki berusia 37 tahun tersebut. Tersangka dibagi dalam empat kluster sesuai peran masing-masing, yakni kluster auktor intelektualis, kluster pembuntut, kluster penculik, dan kluster penganiaya hingga Ilham tewas sekaligus pembuang jasadnya.
”Peran Kopda FH dalam kasus ini adalah sebagai perantara. Ia mencari orang untuk melakukan upaya penjemputan paksa (penculikan). Dari hasil pemeriksaan sementara, motifnya karena menerima sejumlah uang,” kata Kepala Pusat Penerangan TNI Brigadir Jenderal (Mar) Freddy Ardianzah pada Minggu (14/9/2025).
Keterlibatan Kopda FH pertama kali diungkap Ardyanus Agal, kuasa hukum salah satu penculik berinisial RW. Prajurit TNI AD itu disebutkan menyuruh RW untuk menculik Ilham.
RW melakukan aksinya bersama tiga temannya, AT, RS, dan RAH. Setelah Ilham diculik dari parkiran, Kopda FH memerintahkan RW untuk membawanya kepada kelompok lain.
Saat ini Kopda FH berada dalam tahanan Polisi Militer Kodam Jaya. Ia juga sudah ditetapkan sebagai tersangka. Namun, keterlibatan Kopda FH ini masih menyisakan teka-teki karena identitas pelaku yang meminta dia untuk turut terlibat dalam penculikan Ilham Pradipta belum terungkap.
Kopda FH disebut sedang dalam pencarian oleh satuan karena tidak hadir tanpa izin pada saat terjadi penculikan yang berujung pembunuhan Ilham. Namun, Freddy juga belum menjelaskan lebih lanjut apakah Dwi Hartono yang membayar prajurit TNI itu atau ada pelaku lainnya.Dwi Hartono merupakan salah satu tersangka. Ia diduga mendalangi penculikan dan pembunuhan Ilham. ”Terus didalami oleh Polisi Militer Kodam Jaya. Kemungkinan akan ada rilis bersama dengan Polda Metro Jaya dalam waktu dekat terkait perkembangan proses hukum,” ucap Freddy.
Penculik dibayar
Penculik Ilham mengaku dibayar masing-masing Rp 8 juta setelah menjalankan tugas. Mereka menyerahkan Ilham kepada kelompok lain di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat.
Maksimus Hasman, pengacara RAH, mengutarakan hal tersebut pada 29 Agustus. RAH diklaim tergiur dengan ajakan RW yang baru dikenalnya tiga pekan. Akan tetapi, tersangka tidak tahu jika proyek yang dimaksud ialah menculik Ilham.
RW membagikan uang masing-masing Rp 8 juta kepada setiap penculik. Pembagian terjadi setelah Ilham diserahkan kepada kelompok lain.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Brigadir Jenderal (Pol) Ade Ary Syam Indradi tidak menjelaskan ketika ditanya siapa pelaku yang membayar Kopda FH untuk merekrut penculik Ilham. Apakah Dwi orangnya atau bukan dan berapa nominal uang dalam kasus tersebut. ”Hari Selasa (16/9/2025) akan dirilis,” ujar Ade, Minggu (14/9/2025) sore.
sumber: KOMPAS