Dimana Lakban Dimulai dan Kemana Ujungnya, Bisa Jadi Sinyal Petunjuk Penyebab Kematian Sang Diplomat Muda
Dari alat bukti yang sangat minim, yaitu lakban, pakar kriminolog mulai membuka kemungkinan penyebab kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu), ADP di Menteng, Jakarta Pusat, masih menjadi misteri.
Kriminolog UI, Haniva Hasna mengatakan, temuan tewasnya ADP ini merupakan kasus yang tidak wajar dan jarang terjadi.
“Secara kriminologi, ini unnatural suicide (bunuh diri tidak wajar). Namun, secara statistik sulit dilakukan secara penuh seorang diri,” ujar Haniva, di Jakarta, Selasa 15 Juli 2025.
Haniva mengatakan, bahwa arah lakban yang menutupi kepala korban bisa menjadi salah satu kunci awal untuk mengungkapkan penyebab kematian.
“Kalau (ujung lakban) dimulai dari mulut, maka ada kemungkinan korban dibungkam. Kalau (ujung lakban) terakhir di hidung, ada kemungkinan bunuh diri,” jelas Haniva.
Meski begitu, ia belum mau menarik kesimpulan sebelum ada bukti forensik lengkap. Sebab, jika ADP tewas karena dibunuh, hingga saat ini tidak ditemukan bukti kekerasan di tubuh korban. Namun, jika ADP tewas karena bunuh diri, seharusnya terdapat tanda kasur atau pakaian yang berantakan karena disebabkan relflek tubuh korban saat bunuh diri menahan napas.
“Saat manusia bunuh diri, secara naluri survival otak akan merangsang reflek motorik ke beberapa bagian tubuh,” ujar Haniva.
Selain analisis fisik, Haniva juga menekankan pentingnya penyelidikan terhadap ponsel korban. Menurutnya, data digital dalam ponsel dapat mengungkap motif atau komunikasi terakhir sebelum kematian.
Kriminolog UI, Yogo Tri Hendiarto, juga menambahkan bahwa aspek mental dan psikologis korban juga tidak boleh diabaikan. Latar belakang hubungan sosial, kondisi kerja, dan kemungkinan adanya tekanan batin perlu ditelusuri.
“Harus diketahui juga terkait isu mental, sosial, atau konflik yang korban alami beberapa waktu terakhir,” ujarnya
Progres Penyelidikan Polisi Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Karyoto menyatakan, timnya menargetkan penyelidikan kasus ini rampung dalam waktu satu minggu. Ia menyebutkan berbagai barang bukti seperti CCTV, laptop, hingga hasil otopsi sedang dipelajari secara komprehensif.
Polisi sudah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) lanjutan pada Jumat 11 Juli 2025, dengan dukungan tim forensik dari Kedokteran Kepolisian, Inafis Bareskrim Polri, dan RSCM.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi, menyatakan bahwa pengalihan kasus ini ke Polda Metro Jaya dilakukan demi mempercepat proses penyelidikan.
“Tujuannya adalah untuk peningkatan kecepatan proses pengungkapan perkara,” ujar Ade Ary.
Polisi masih menunggu hasil pemeriksaan organ dalam korban dari tim patologi RSCM, serta hasil lengkap otopsi dan forensik digital.
“Pada prinsipnya, penanganan kasus ini akan kami tangani dengan sebaik-baiknya,” tutup Ade Ary.
sumber: hukamanews